ebelumnya,
terjemahan sukses bukan dari ukuran kekayaan atau jabatan yang berhasil diraih,
melainkan sukses adalah mampu hidup mandiri, mampu menjadi diri sendiri, tidak
membebani apalagi sampai merugikan orang lain. Orang
sukses adalah orang yang keberadaannya penuh kemandirian.
Banyak orang sukses tanpa bersekolah, artinya tidak
menempuh pendidikan formal. Namun orang sukses pun banyak juga yang melalui sekolah formal.
Mungkin lebih banyak orang yang gagal total justru
karena tak sempat mengenyam pendidikan formal.
Memang
tak bisa kita pungkiri, ukuran pendidikan formal yang serba positivistic itu menyebabkan output yang terbentuk menjadi seperti data
statistik; kebenaran seolah-olah sama dengan deretan angka-angka. Orientasi
formalistik yang terlalu dominan dalam pendidikan formal menyebabkan lembaga
sekolah kehilangan makna hakikinya, yakni menjadi tempat penanaman benih-benih
intelektualitas, moralitas, dan estetika. Akibatnya, banyak lulusan pendidikan
formal yang pandai berhitung, tapi rendah daya saingnya, mudah putus asa, mudah
menderita, mudah emosi, mudah merusak.
Banyak
lulusan pendidikan formal yang kapabel, terampil, dan bermoral. Ia mempunyai
kemampuan tertentu sebagai karya cipta yang di satu sisi mampu menghidupi
dirinya sendiri, dan berguna juga untuk orang lain. Namun tipe manusia seperti
itu juga bisa lahir dari hasil otodidak meski dengan jumlah yang tidak
signifikan. Kenyataan, banyak orang yang tak beruntung meraih kesempatan
belajar di sekolah formal hidupnya kacau, merusak diri sendiri dan orang lain.
Meski
sekolah formal tidak bisa menjamin kesuksesan dalam hidup, setidaknya dengan bersekolah
saat ini masih cukup layak sebagai instrumen mencerdaskan kehidupan bangsa
(meski belum sangat memuaskan).
Paling tidak, dengan bersekolah,
individu bisa memperoleh beberapa hal penting:
o
Pertama, penambahan pengetahuan
sebagai dasar wawasan dan pengetahuan.
o
Kedua, memperoleh dasar-dasar
berpikir yang logis, sistematis, dan metodologis, sehingga bisa membantu
mengarahkan yang bersangkutan dalam menjalani hidup.
o
Ketiga, secara sosiologis,
individu dihadapkan pada interaksi sosial di mana bisa belajar akan persamaan
dan perbedaan, konsensus dalam konflik, permisif dan filtering, dan sebagainya.
o
Keempat, bagaimana pun dalam
format pergeseran masyarakat dari yang bersifat agraris ke industri, belum
menghargai individu berdasarkan karyanya, kapabilitasnya, kredibilitasnya, dan
sejenisnya. Masyarakat masih mempertimbangkan aspek-aspek atribut simbolik
seperti latar belakang pendidikan formalnya.
Sukses tidaknya seseorang tergantung pada proses kreatif yang dilaluinya.
Jadi, tetaplah bersekolah tetapi harus kreatif.
Komentar
Posting Komentar